“Pemain di kasus Papua selalu banyak, terutama pihak internasional yang selalu ingin kedamaian dan stabilitas di Papua itu tidak pernah selesai,” kata Fahri saat dihubungi, Jumat (30/8).
Presiden Joko ‘Jokowi’ Widodo sendiri tak henti meminta agar masyarakat Papua tenang dan tidak melakukan tindakan anarkis. Tapi, menurut Fahri, Jokowi harus lebih tegas ketimbang menyeru warga Papua untuk tenang.
“Sesungguhnya memerlukan langkah-langkah yang luar biasa dari Presiden, tidak bisa Presiden hanya mengeluarkan imbauan-imbauan yang datar dalam situasi seperti sekarang,” ujar Fahri.
Melihat situasi terkini, kerusuhan terus terjadi di Bumi Cendrawasih hingga Kamis kemarin, Fahri berharap Presiden menjelaskan secara gamblang rencana-rencananya ke depan dan tindakan-tindakan yang harusnya sudah akan diambil dalam rangka membangun kepercayaan masyarakat.
Sambil tentunya mendengar tuntutan jangka pendek masyarakat Papua dan kemudian mencoba membangun pengertian jangka panjang tentang keadaan Indonesia.
“Jika Presiden terlalu datar membuat pernyataan, sementara orang sudah bertindak jauh, termasuk adanya pihak-pihak yang mencoba menginternasionalisasi persoalan ini, nanti kita menyesal karena terlambat,” ucap dia.
Lebih lanjut Fahri mengatakan, Presiden perlu mengambil langkah-langkah yang luar biasa karena persoalan ini bukan persoalan kecil.
“Kalau dianggap kecil, itu salah. Persoalan ini ada akar terdalamnya ya, dan akar terdalamnya itu ada dalam hati yang tidak mudah kita baca dengan kasat mata,” kata dia.
“Inilah tugas berat pemimpin Indonesia, karena memiliki luas wilayah dan disparitas, baik fisik maupun nonfisik yang tidak kecil. Jarak antara Jakarta dan Papua itu tidak mengandung jarak fisik, tetapi juga mengandung jarak-jarak lain, termasuk jarak psikologis dan lain sebagainya, yang semuanya harus dijembatani dengan rencana-rencana yang luar biasa,” sambungnya.
Kondisi terakhir di Kota Jayapura pada Jumat (30/8) pagi, selepas aksi unjuk rasa yang berujung rusuh Kamis (29/8) kemarin, komunikasi menggunakan telepon seluler masih mengalami gangguan.
Begitu juga dengan jaringan data seluler yang tidak bisa digunakan untuk mengakses internet atau berhubungan melalui aplikasi chat. Sejauh ini, komunikasi baru bisa dilakukan lewat pesan singkat (SMS) yang sudah bisa dilakukan sejak Jumat pagi waktu Jayapura.
Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengatakan, memang terjadi gangguan layanan seluler di Jayapura dan sekitarnya.
Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Rudiantara menyebut, gangguan tersebut karena ada yang memotong kabel utama jaringan optik telekomunikasi.
"Yang terjadi di Jayapura, karena ada yang memotong kabel utama jaringan optik Telkomsel, yang mengakibatkan matinya seluruh jenis layanan seluler di banyak lokasi di Jayapura," kata Rudiantara dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis malam.
#rni | idntimes
0 Komentar