Manusia Serigala


Oleh : Ruslan Ismail Mage

Penulis Titus Maccius Plautus mengatakan, “Manusia adalah serigala bagi manusia lain.” Serigala sering dilukiskan sebagai hewan licik, tamak dan rakus. Padahal sebenarnya tidak demikian. Serigala hanya makan sekali seminggu, kemudian berpuasa enam hari berikutnya. Serigala hanya makan secukup perutnya dan tidak pernah menimbung harta seperti manusia. Sebuas-buasnya serigala, ia memakan domba dan kambing, dan tidak pernah makan serigala lainnya. Mereka hidup berkasih sayang dalam komunitas yang penuh keharmonisan.

Lalu bagaimana dengan manusia? Benarkah manusia tegah memakan manusia lainnya. Satu-satunya kelemahan serigala adalah ketidakmampuannya menyembunyikan taring dan cakarnya dengan senyuman seperti yang dilakukan manusia. Dengan berbagai teknik impression management, manusia menyembunyikan watak serigalanya dibalik baju dinas, safari, jas, dasi, serta sarung dan kopiah yang dikenakan untuk bersujud ke Tuhannya.


Jadi benar kata Dr. Aidh al-Qarni penulis buku fenomenal La Tahzan yang menasehati : Anda tak perlu terkejut menakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tidak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda.

Itu semua watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, apalagi kepada saya dan Anda.

Sahabat pembelajar! Banyak orang tersenyum menyapa kita dengan sangat familiar, namu tertawa melihat kita jatuh. Banyak orang mendoakan kita sukses, namun sebanyak itu pula orang yang ingin melihat kita jatuh. Jadi siapa lebih kejam, serigala atau manusia? (Salam damai tiada akhir).

Penulis : Akademisi Universitas Ekasakti & Founder Sipil Institut Jakarta
Baca Juga
Selamat datang di Website www.kawasansumbar.com, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pimred: Adrianto