Jakarta. KS- Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia atau Kasum TNI Letnan Jenderal Joni Supriyanto mengatakan ada kelompok lain yang ikut menunggangi kerusuhan di Papua dan Papua Barat. Kelompok ini merupakan barisan sakit hati yang gagal di pemilihan umum 2019.
"Kita semua tahu, ada mantan calon anggota dewan yang tidak terpilih memasang bendera (bintang kejora) rame-rame itu kelompok penunggang baru," katanya saat rapat membahas kondisi di Papua bersama Komisi Pertahanan DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 5 September 2019.
Menurut Joni, pihaknya sengaja membeberkan hal ini lantaran jumlah mereka tidak sedikit. "Kelompok sakit hati ini terlalu banyak," tuturnya.
Ia menjelaskan modus yang digunakan kelompok baru ini adalah menyebarkan isu jika aparat Indonesia tidak tegas dan kurang koordinasi.
"Mereka akan mampu memanfaatkan ketidaksinkronan kita untuk menggoreng isu-isu tersebut," ucapnya.
Menurut Joni, yang terjadi di Bumi Cenderawasih tidak sesederhana yang terlihat oleh publik. Banyak hal yang saling berkaitan satu sama lain.
Selain barisan sakit hati ini, kata Joni, kerusuhan di Papua dan Papua Barat diduga melibatkan kelompok kriminal dan kelompok pro kemerdekaan Papua. Masing-masing kelompok harus dihadapi dengan pendekatan dan strategi yang berbeda.
"Walaupun antara front yang satu dengan yang lainnya, bahkan dalam satu front tidak terdapat satu kesatuan, kami tidak dapat meremehkan," ujarnya.
Joni sepakat jika pemicu dari kerusuhan di Papua dan Papua Barat berawal dari tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya pada pertengahan Agustus lalu.
(Source: tempo.co)
Baca Juga