Pasaman Barat - Kawasan Sumbar.Com Pandemi membawa serentetan masalah. Di samping membawa kekawatiran soal kesehatan dan kelangsungan hidup, pandemi juga menyerang berbagai sektor usaha. Hampir semua profesi, terdampak oleh Covid-19.
Presiden Jokowi pernah menyampaikan, profesi sopir adalah yang paling mengenaskan. Setelah itu UMKM, kemudian nelayan, juga buruh. Bahkan Peneliti di Organisasi Buruh Internasional (ILO), Steven Kapsos, menyatakan bahwa pekerjaan sektor eceran, pabrik, pariwisata, hingga makanan, semua terdampak berat.
Maka ketika seorang musisi, Ardhito Pramono, beberapa waktu lalu mengeluarkan cuitan keluhan seolah-olah hanya musisi yang terdampak, netizen pun sontak ramai, menyayangkan. Terus Berpikir Kreatif
Pandemi memang membatasi gerak masyarakat. Namun, dengan adanya pandemi bukan berarti semua celah tertutup rapat. Jika kita mau berpikir kreatif melihat peluang, masih ada sebenarnya celah untuk bertahan di tengah ketidakpastian, sekaligus mengambil banyak keuntungan.
Selain bisnis di bidang penyediaan alat kesehatan seperti masker dan bisnis makanan sehari-hari, ada pula peluang cerah di dalam usaha budidaya lele.
Menurut penelurusan Kawasan Sumbar. Com kebutuhan dan permintaan akan ikan lele di tengah masyarakat Indonesia selalu tinggi. Namun sayang, para peternak lele yang ada belum sepenuhnya mampu memenuhi tingginya permintaan pasar tersebut.
Sebagai contoh, kebutuhan lele di Kabupaten Pasaman Barat per hari bisa sampai 1000.Kg Untuk bisa memenuhi kebutuhan lele sebanyak itu, pedagang di Pasaman Barat selalu mengandalkan pasokan dari luar Kabupaten. Dengan demikian, bisnis lele sebenarnya masih sangat menjanjikan, meski di tengah pandemi sekalipun.
Jadi tak ada salahnya jika Anda alih profesi sebentar demi kelangsungan hidup selama Covid-19 masih ada. Dari musisi atau nelayan, menjadi peternak lele.
Apalagi, usaha budidaya ini tak membutuhkan modal besar. Jika tak bisa menyiapkan lahan untuk kolam lele, Anda bahkan bisa menggantinya dengan drum atau ember sebagai tempat beternak.
Mulai dengan Modal 1 Juta
Ikan lele termasuk lauk favorit orang Pasaman Barat Lele, ada di hampir semua warung makan. Olahannya bermacam-macam mulai dari digoreng, dibakar, sampai dimasak dalam kuah santan.
Kebutuhan akan ikan lele yang terus meningkat membuat bisnis ikan lele cerah ceria. Modalnya pun tak banyak, cukup sekitar Rp 1jutaan saja.
Lele memang termasuk bisnis ternak yang tak membutuhkan biaya besar. Berikut analisa modal ketika akan berbisnis lele menggunakan kolam terpal.
Sebagai modal investasi awal, pemilik bisnis perlu menyiapkan bambu Rp300.000, paku 1 kilogram Rp10.000, serta 2 buah terpal Rp600.000, dan biaya tambahan lain-lain Rp40.000. Jika ditotal, modal awal yang dibutuhkan hanya Rp950.000.
Kemudian, setelah urusan kolam sudah jadi, kini tinggal berternak lele. Di tahap awal bisa memulainya dengan beternak 2.000 bibit Rp500.000, pakan ikan Rp500.000, kebutuhan obat dan vitamin Rp100.000. Maka untuk biaya operasional ternak dibutuhkan modal berkisar Rp1.100.000.
Dalam beternak biasanya tak semua ikan akan bisa tumbuh, ada juga yang mati. Anggaplah rasio kematian 10 persen dan setelah ditotal jumlah panen ada 500 kilogram. Jika harga per kilogram ikan lele sebesar Rp10.000, maka pendapatan kasarnya mencapai Rp5.000.000. Setelah dikurangi biaya operasional Rp1.100.000 maka bisa didapat keuntungan bersihnya mencapai Rp3.900.000. Tips Bagi Pemula
Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan ketika akan terjun ke bisnis ternak lele. Pertama memilih tempat budidaya. Lele bisa hidup di kolam terpal maupun kolam tanah. Jika memilih kolam terpal, pastikan terpal sudah dalam keadaan bersih sebelum digunakan. Kemudian, beri air terlebih dahulu dan diamkan selama 7-10 hari, hal ini untuk membuat fitoplankton dan lumut muncul.
Jika memakai media kolam tanah, maka tanah perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Hal ini untuk menghindari penyakit yang bisa saja ada di tanah kolam tersebut. Setelahnya, tanah digemburkan untuk menghilangkan kemungkinan gas beracun.
Kedua, memilih bibit ikan lele yang unggul. Bibit ikan yang unggul memiliki intensitas gerakan yang cepat ketika diberi pakan, selain itu, warnanya juga lebih terang. Ikan lele sangkuriang dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) biasanya menjadi bibit favorit para peternak.
Kemudian, tak perlu terburu-buru untuk memasukan ikan lele ke dalam kolam. Penebaran ikan lele ke kolam, harus dilakukan secara bertahap. Hal ini untuk menghindari ikan lele menjadi stress. Caranya, ikan lele bisa ditaruh di wadah ember, kemudian biarkan ember mengapung di air kolam sampai lele bisa keluar sendiri dari wadahnya.
Untuk menghitung pakan ternak, peternak bisa memakai hitungan berat dikali 3 persen. Jika ikan lele memiliki bobot 1 kilogram, maka 3 persen dari satu kilogram adalah 0.3 kilogram. Jadi, dalam sehari, ikan lele membutuhkan 0.3 kilogram. Kebutuhan pakan akan terus bertambah seiring dengan berat ikan lele tersebut.
Usahakan setiap 20 hari sekali dilakukan penyortiran ukuran ikan lele. Pisahkan lele ke beberapa kolam berbeda sesuai dengan berat dan besar lele tersebut. Kemudian, untuk ketinggian airnya, setiap bulannya perlu ditambah. Misalnya bulan pertama 20 cm, lalu bulan kedua menjadi menjadi 40 cm, dan bulan ketiga menjadi 80 cm.
Pejabat pun Tertarik Bisnis Lele
Bisnis ikan lele tak memilih siapa pelakunya, semua orang dari berbagai kalangan bisa ikut terjun ke bisnis ini. Tak terkecuali untuk kalangan pejabat. Seorang Ketua komisi I DPRD Kabupaten Pasaman Barat pun memilih bisnis ikan lele sebagai usaha sampingannya.
Di tengah kesibukannya menjadi anggota DPRD Kabupaten Pasaman Barat, Rosdi. SE masih harus bergulat dengan lumpur dan lele peliharaanya. Menurutnya, prospek dari bisnis ternak lele sangat menjanjikan.
Ternak ikan lele bisa menjadi cara kreatif untuk mengambil celah di saat pandemi. Selain memanfaatkan ternak lele untuk mengisi waktu luangnya selepas Kegiatan kegiatan dewan, Rosdi. SE , juga ingin menginspirasi dan mengedukasi masyarakat bahwa peluang bisa datang dari mana saja, termasuk dengan berternak lele.
#Rajo Alam
0 Komentar