Limapuluh Kota Kawasansumbar.com Warga Miskin Hidup Sendiri di Gubuk Bambu dengan Kondisi rumah 2×2 meter,diketahui seorang ibu paruh baya di Kecamatan Luhak Kabupaten 50 kota hidup di rumah bambu dengan ukuran 2x2 meter persegi. Kondisi ibu yang sebatang kara membuat dirinya hanya menggantungkan hidup dari uluran tangan tetangga.20 september 2021
Nurjani, warga Jorong Subaladuang, Nagari Sungai Kamuyang dan Kecamatan Luhak Kabupaten 50 kota tinggal di rumah berdinding bambu dan ukuran rumah tak lebih dari 2X2 meter. Ia tidur di atas tumpukan kayu yang padat dan keras.
Nyaris tidak ada perabotan rumah tangga yang layak, selain panci untuk sekedar merebus air dan menanak nasi dengan tungku batu bata.
Nurjani hidup seorang diri sejak ditinggal suami meninggal dunia beberapa tahun silam.Sudah 10 tahun lebih rumah ini di tempati terangkan Nurjani kepada awak media.
Bambang Heri Ketua LSM yang datang kelokasi bersama rekan rekan sahabat LSM Sago Peduli Indonesia sangat tersentuh hatinya melihat kondisi tempat tinggal yang hanya berukuran 2x2 meter,di usia yang sudah 80 dirinya tak mampu bekerja secara normal karena sudah lanjut usia dengan umur yang sekarang .
Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, Nurjani mengaku hanya mengandalkan uluran tangan dari tetangga dan para perangkat desa yang peduli
Menurut Walinagai Sungai Kamuyang ,Dedi Sunardi menerangkan kalau ibu Nurjani Asli Batu badarah dan dibawa suami menetap ke sungai kamuyang mempunyai 2 orang anak, selaku walinagari yang baru berjalan kurang lebih 2 bln atau PJ.
"Berdasarkan penyampaian perangkat nagari bantuan sosial dan ekonomi sudah cukup, nagari akan berupaya memperjuangkan rumah yang tidak layak huni ini kata Dedi Sunardi saat dihubungi media via telpon.
Disisi lain masih di jorong sibaladuang Nagari Sungai Kamuyang Sahabat SPI juga menjumpai Bapak Asril umur 67th yang juga rumah nya sangat memperihatinkan, rumah yang hanya berlantai tanah dan dinding plastik dengan tempat masak terbuka, yang hidup sebatang kara,sangat Miris sekali kondisi rumah bapak Asril setelah terbakar hanya tidur beralaskan papan dan dinding plastik.
Surya salah satu pengurus mesjid yang juga tokoh Subaladuang membenarkan kalau Asril cuman hidup seorang diri dan tinggal di gubuk yang cuman berdindingkan plastik dengan ukuran sangat kecil.
Kehidupan Nurjani dan Asril mungkin hanya sebagian kecil dari potret kemiskinan di negeri yang kaya akan sumber daya alam.
Dendi
0 Komentar