Padang, Kawasansumbar.com -- MATAHARI baru menapak. Akan tetapi “induak-induak” (ibu-ibu) sudah menggelar “galeh” (jualannya). Pedagang lain yang sudah lebih duluan menggelar dagangan, memilih duduk di depan dagangannya sambil menikmati sepiring lontong sayur yang masih hangat. Sebatang rokok yang terselip di bibir menjadi “teman” untuk menghangatkan badannya yang kedinginan sejak subuh tadi.
Suasana Pasar Pagi Tanjung Aur, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Padang, memang begitu setiap harinya. Pasar ini cukup unik. Pedagang berjualan di pinggir jalan besar, tempat pengendara berlalulalang dari Air Dingin ke Parak Buruak, maupun sebaliknya. Hampir seluruh pedagang di pasar ini menggelar dagangannya di pinggir jalan.
Beragam cara pedagang menjual dagangannya. Ada yang memanfaatkan bibir jalan dengan mengembangkan terpal sebagai wadah jualannya. Ada juga yang membangun lapak kecil dari kayu maupun papan. Semua pedagang menghadap ke jalan. Melayani pembeli yang datang.
Suasana pasar paling ramai biasanya di atas pukul 07.00 WIB. Ketika itu pembeli di pasar ini seperti buah rambai yang dihempaskan, berserak-serak. Semua sibuk memilih, pedagang bersorak menarik perhatian pembeli. Sesaknya pasar allahurabbi.
Berada di bibir jalan, membuat pembeli lebih mudah untuk memilih barang yang akan dibelinya. Tak jarang pembeli yang menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat bertransaksi dari atas kendaraan saja. Transaksi dari atas kendaraan ini kerap dijumpai.
Pembeli yang menggunakan kendaraan, merapatkan kendaraannya ke lapak atau terpal milik pedagang. Hanya dari atas kendaraan, pembeli melakukan tawar-menawar harga.
“Itu lo lamaknyo balanjo di siko, bisa langsuang batanyo harago (itu enaknya belanja di sini, bisa langsung bertanya harga),”ungkap Ahmad, seorang pembeli yang selalu tiap pagi berbelanja di pasar tersebut.
Pedagang pun maklum dengan kondisi tersebut, mereka tetap melayani pembeli. Ketika harga disepakati, pedagang tak sungkan untuk mengantarkan langsung barang yang sudah dibeli ke pembeli yang masih duduk di belakang setir kemudi.
“Setiap pembeli dilayani, kalau tidak, pelanggan bisa pergi,” ungkap Ardi, seorang pedagang.
Beragam barang kebutuhan yang dijual di Pasar Tanjung Aur. Dagangan berupa bahan kebutuhan pokok menjadi incaran bagi para pembeli. Soal harga, semua relatif sama. Di pasar yang memanjang sekitar setengah kilometer ini dikomandoi oleh seorang petugas parkir yang sibuk mengatur arus lalulintas. Petugas parkir akan memberi ruang bagi kendaraan yang hanya lewat dan tidak berbelanja.
Jika ada kendaraan yang datang untuk berbelanja sambil bertransaksi, petugas parkir pun maklum. Meminta pembeli yang berkendara untuk merapatkan kendaraannya ke dekat lapak pedagang. Hebatnya, semua saling menjaga dan memahami.
Ria/hms
0 Komentar